Dibawah dahan pohon rambutan tinggalah sebuah keluarga
semut. Hari itu hujan turun sejak tengah
hari. Titik-titk air hujan bekejar-kejaran berlomba untuk segera jatuh
kebumi. Cimut kesal sambil memandangi
hujan yang tak juga reda. Semua basah tapi cimut sekeluarga terlindungi karena
rumah mereka dibawah dahan pohon yang tertutup kulit pohon yang kering.
Ibu
melirik wajah cimut yang monyong mulutnya sambil tersenyum, “Cimut tidak baik
memarahi hujan, mungkin para petani berbahagia atas hujan ini. Pohon-pohon juga
bernyanyi meneguk air minum yang tak terkira.”
“Tapi aku jadi tak bisa main bu,” saungut Cimut.
“Kamu kan bisa membaca buku bacaan, membuat tugas yang
diberikan guru dan istirahat sayang ,” jawab ibu sambil mengelus kepala Cimut
dengan sayang.
“Aku capek belajar aku ingin main Bu,” Cimut tetap tak
bisa kendalikan kesalnya.
Bunda hanya mengelus dada semua yang dikatakannya selalu
dibantah Cimut.
“Cimut ayo main catur ma Ayah,” kata ayah cimut.
Cimut hanya melirik saja diam membisu, akhirnya ayah
meneruskan membaca koran.
“Cimut ayo tidur siang lihat petir menyambar-nyambar,
hujannya akan lama,“ kata bunda sambil memeluk Cimut yang masih mengintip hujan
dari balik jendela
“Bunda tidur dulu nanti Cimut menyusul,” kata Cimut.
“Baiklah tutup pintunya sayang, agar angin tidak bawa
air hujan masuk.”
“Iya Bund.”
Satu jam kemudian Ayah Bunda Cimut sudah tidur nyenyak
sejuknya udara membuat orang-orang ingin mengantuk dan terlelap. Cimut
mengintip orang tuanya yang terlelap kemudian mengendap-ngendap agar bisa
bermain diluar saat hujan reda.
Pelangi membias diujung langit, Cimut terpesona dan
kakinya melangkah menuju keluar pohon melihat pelangi dari atas daun-daun yang
masih basah.
Kemudian Cimut turun dari pohon sambil bernyanyi-nyanyi
riang ingin mengajak teman-temanya bermain.
Tapi semua pintu tertutup rapat mereka tidak ada yang
mau keluar rumah takutnya ada banjir meluap melihat hujan yang demikian deras.
Tapi tidak dengan Cimut, dia tak peduli hal itu tanpa
berpamitan Cimut tetap pergi bermain mencari rumah teman yang pintunya terbuka.
Tanpa Cimut sadari langkah kakinya menjahui rumah
sarangnya, Cimut tak menyadari. Saat akan pulang dia bingung kemana harus
menentukan arah. Hutan yang luas ada yang belum Cimut singgahi membuatnya
tersesat.
Tiba-tiba Cimut terpeleset dan jatuh diatas daun yang
kemudian menggelincir jatuh ke selokan.
Daun itu terbawa arus selokan yang deras membawa Cimut
yang ketakutan.
“Tolong-tolong ....,” tak ada yang mendengar
teriakannya.
Sepasang mata menatapnya tajam.
Tiba-tiba sepasang kaki mencengkeram Cimut dan
membawanya terbang.
Cimut meronta-ronta ketakutan, “Jangan makan aku tolong
ampuni jangan mangsa aku aku ingin pulang Yanda ... Bunda ... tolong aku!”
Cimut menangis menjerit-jerit.
Ternyata dia dibawa kupu-kupu menuju pohon rumahnya.
Kupu-kupu itu saat berteduh dirumah mendengar tangis Yanda dan Bunda yang
bingung harus mencari Cimut kemana karena pergi tanpa pamit.
Kupu-kupu ditengah rinai gerimis terbang mencari Cimut
dan akhirnya melihatnya terpeleset.
Untung kupu-kupu segera menemukan coba kalau terlambat
sedikit Cimut bisa terbawa arus sungai yang meluap.
Yanda dan Bundanya memeluk tubuhnya yang basah kuyup, “
Nak kemana saja kamu .... kami bingung mencarimu.”
Cimut menggigil ketakutan akhirnya sadar ternyata
kupu-kupu sangat baik. Dia telah berprasangka buruk padanya. Kupu-kupu tersenyum
dan mengelus kepalanya, “ Besok kalau pergi pamit yanda dan Bunda ya Cimut.”
Cimut mengangguk dan berlari memeluk Kupu-Kupu
mengucapkan terima kasih. Kemudian Kupu-kupu berpamitan meneruskan
perjalanannya karena hari sudah terang.
Suatu hari Cimut, Yanda dan Bunda pergi mencari makanan
untuk bekal dimusim hujan yang kian ramai oleh hujan.
Mereka melihat seorang anak membawa sebuah galah yang
ada jaringnya. Anak itu ingin menangkap Kupu-kupu indah yang bertengger diatas
bunga. Kupu-kupu tak meyadari bahaya yang mengintainya dia malah tertidur
diatas putik bunga.
“Aw ... aw ... aduuh
....” teriak anak itu.
Kupu-kupu terperanjat dan segera terbang.
Ternyata Cimut, Yanda dan Bunda menggingit kuat-kuat
anak itu agar dia kaget dan mereka kemudian berlari sembunyi dibawah daun
kering.
Anak itu gagal menangkap kupu-kupu.
Dia mendengus kesal kemudian lari pulang takut digigit
hewan lagi yang tak dia ketahui rupanya.
Setelah anak itu pergi keluarga Cimut keluar dan mereka
tos bersama rayakan keberhasilan mereka menyelamatkan Kupu-kupu.
Sejak itu Kupu-kupu bersahabat saling megunjungi, kadang
cimut naik ke sayap kupu-kupu diajak terbang mengitari hutan yang luas membuat
Cimut bahagia bisa kelilingi dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar